Kehilangan ‘lagi’

“kau tak sakit?”
“mana mungkin, jelas lah sakit.”
“kau tak benar2 sayang?”
“enak aja mulutmu!”
“kenapa tak pernah menahannya?”
“sudah kulakukan, aku pernah memintanya untuk tinggal dan memperbaiki semuanya. Dia tak mau.”
“lalu?”
“kubiarkan, asal dia bahagia.”
“kau bahagia?”
“tentu.”
“semudah itu?”
“tidak nay, aku berjuang setiap detiknya. menyandarkan bebanku pada pundak2 yg ditawarkan padaku untuk mengeraskan tangisku.”
“lalu, kenapa kau membiarkan dia pergi?”
“aku memang tak pernah memaksa orang lain untuk tinggal, Sekali pun! aku tak pernah menahan siapapun, meski aku sangat menginginkannya. Aku hanya ingin melihatnya bahagia,”
“bodoh kau!”

“jika meninggalkanku bisa membuatnya lebih bahagia, dengan senang hati aku melihatnya pergi.”
“meski kau terluka?”
“ah, tiada duka yg abadi”
“you are not that strong, Li!”
“menuruti rasa tak akan ada habisnya, ngikutin sayang gak akan ada matinya. Kalo patokannya sayang, ya sama sebelumnya aku juga sayang”
“terus, kenapa kau putuskan?”
“karna sayang”
“sayang ke diri kau sendiri?”
“tentu, menitipkan hati pd manusia yg tak bisa menjaganya hanya akan bikin kita terlihat bodoh, lemah!”
“alasan,”
“serah lu nying! Bacot!”
“ntar kau menyesal loh?”
“kagak, yg penting udah kuupayakan yg terbaik kemaren. lega… ”
“yakin?”
“ngopi aja yuk, pengen we siram pake air panas muka kau!”
“wkwkwk… Sayang aku sama kau. Kuylah!”

Leave a comment