Tiba-Tiba Teringatmu

Memang, apa yang terlihat tidak sepenuhnya benar. Begitupun dengan hubungan yang pernah kita miliki dalam hidup, terutama soal asmara. Orang taunya kita punya “goals” lah, hepi-hepi terus, tapi sebenernya ya sama aja seperti yang lainnya. Ada kalanya kita bener-bener ngerasa ini nggak bisa diterusin, masalah ini nggak ada jalan keluarnya, aku udah nggak bisa tahan lebih lama lagi dengan watak-sifatmu, kamu nggak ada perubahan meskipun sudah minta maaf puluhan kali, kamu membuat situasiku yang sulit menjadi semakin sulit, kamu nggak berjuang sekeras aku, aku udah mentok sama kamu, aku nggak bisa lebih sakit lagi dari ini, dsb. Hal-hal seperti itu kita alami.

Kamu sering menyebalkan, apalagi aku. Pastilah ada kalanya benci ke satu sama lain. Continue reading

Tentang Siapa?

Hari itu, pertama kali kita saling mengenal. Hingga akhirnya setiap hariku menjadi tak biasa tanpa kamu. Setelah hampir 2 tahun aku terbiasa dengan sepi dan sendiri, kini tak lagi. Sebelumnya aku pernah patah, hingga jadi terlalu enggan memulai lagi. Kisah kemarin membuatku susah percaya pada siapapun, karna aku tak pernah merasa seberharga itu hingga akhirnya sehancur itu. Aku melepaskan dan meninggalkan seseorang yang masih sangat ingin kudekap. Yah, kala itu. Tidak mudah, karna aku menyembuhkan semuanya sendiri. Meski berkali-kali ada yang hadir untuk membantu menyembuhkanku, aku tak berhasil. Menjadi tegar dan sabar satu-satunya jalan untuk terus berjalan. Aku terseok, menangis setiap hari kala itu. Aku marah hingga menyesali perjumpaan, mengutuk kebodohan sendiri. Hingga akhirnya aku berhenti membenci diriku disaat bertemu denganmu.

Continue reading

Kehilangan ‘lagi’

“kau tak sakit?”
“mana mungkin, jelas lah sakit.”
“kau tak benar2 sayang?”
“enak aja mulutmu!”
“kenapa tak pernah menahannya?”
“sudah kulakukan, aku pernah memintanya untuk tinggal dan memperbaiki semuanya. Dia tak mau.”
“lalu?”
“kubiarkan, asal dia bahagia.”
“kau bahagia?”
“tentu.”
“semudah itu?”
“tidak nay, aku berjuang setiap detiknya. menyandarkan bebanku pada pundak2 yg ditawarkan padaku untuk mengeraskan tangisku.”
“lalu, kenapa kau membiarkan dia pergi?”
“aku memang tak pernah memaksa orang lain untuk tinggal, Sekali pun! aku tak pernah menahan siapapun, meski aku sangat menginginkannya. Aku hanya ingin melihatnya bahagia,”
“bodoh kau!”

Continue reading

Aku adalah Dirimu

Selamat malam? Apa kabarmu? Izinkan kali ini aku membasuh luka dengan sebait kata-kata yang tersusun tak karuan. Ia terlalu lama bersembunyi meski sering memaksa dimuntahkan. Maaf, aku terlalu lama menahanmu. Malam ini, biarkan aku terjerembab ke dalam duniamu sekali lagi, aku harap ini kali terakhir. Meski kutahu kisahmu tak akan lagi menjadi kisahku, tetap saja kali ini aku akan menuliskan tentang kasihku yang begitu singkat menjadi kisahku.

Hari ini, aku merindukanmu. Meski kita telah bertemu.

Cukup sudah semua tertahan, aku tak sedang baik-baik saja sejauh ini. Aku tersenyum, namun hatiku kelu. Sakit sekali. Berkali-kali aku bertekat untuk tak bertemu denganmu karena aku tak sanggup menerima segalanya telah berubah namun seakan tak ada apapun terjadi. Aku tak baik-baik saja, aku hanya tak tau apa yang harus aku lakukan. Delapan tahun bersamamu dan kau selalu ada ditempat yang sama, sahabat terbaikku yang selalu ada dan pada akhirnya menjadi kekasihku, dalam waktu yang singkat. Apa aku yang salah? Aku mengalah pada egoku, meski telah lama aku mampu menahannya. Apa aku salah menyerah pada perasaanku dan mendengarkan kata hatiku? Aku hanya jatuh cinta dan tak ingin kehilanganmu. Continue reading

Wanita yang Jatuh Cinta

Biar kuceritakan padamu, dahulu kala ada seorang wanita yang jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Berkali-kali, berkali-kali pula ia mampu mengatasinya, berkali-kali, berkali-kali pula ia menangisinya. Pikirnya, melihat sahabatnya bahagia adalah pilihan terbaik, menjadi pendengar dan yang selalu ada saja sudah cukup. Nyatanya, dalam hatinya bersikukuh bahwa ia tak ingin kehilangannya. Continue reading

Selamat hari Ibu

Ibu, hari ini adalah hari pertama kau menjadi seorang ibu, hari dimana surga telah berada ditelapak kakimu. Ibu, hari ini 23 tahun lalu tepatnya kau telah menjadi bidadari bagiku, meski hari itu air matamu menetes tak henti karna aku terlahir prematur dan harus diinkubator setiap hari. Resah dan sedihmu bercampur pilu. Setiap hari aku telah memberimu air mata. Ibu, malam2 mu terganggu karena aku rewel dan sering tak bisa tidur, belum lagi aku pernah sakit parah yg membuatmu harus melepaskan banyak hal, tapi kau tak sedikitpun mengeluh. Ibu, lelahmu tak akan pernah sanggup kubayar apapun. Kasihmu tak akan sanggup aku gantikan dengan apapun. Meski aku lebih banyak memberimu air mata dibanding tawa, ampunilah aku. Continue reading

Kamu

Terkadang kita akan merasa kehilangan, namun hanya diam karna mengutarakan rasa hanya akan membuat segalanya terasa berbeda.

Terkadang kita memilih diam, karna enggan merusak segala payah tentang penjagaan, tentang penerimaan.

Meski gusar, berlawanan dengan rasa, pada akhirnya mengukuhkan sendiri, “Lebih baik begini”

Lalu perlahan pergi, karna segala sesuatu telah berubah. Hakikat rasa telah berbeda.

Ada yang dijaga meski bukan hati sendiri, ada yang dipertimbangkan meski bukan untuk sendiri.

Pada hakikatnya penerimaan atau pelepasan adalah sama. Ialah tentang perasaan yang hanya dimengerti perasa ulung.

Dengan rasa, meski resah menyayat ulu hatinya. Tanpa pamrih tetap merasai, “bahagia sendiri” (re: sakit sendiri) .

Dunia yang Kau Tinggali, Mimpi yang kuarungi

Aku bosan mempersoalkan rindu. Mendramatisir dan menuruti rasa yang susah dibendung. Lagi-lagi tentangnya. Zakaria. Lelaki yang kukenal lewat mimpi, lelaki yang kucintai dalam mimpiku dan dunia nyataku. Lelaki yang bersamaku selama 8 tahun lamanya, yah, dalam mimpi. Di dunia nyata, tidak! Pada akhirnya aku menyerah, mengungkap setiap rindu yang setiap harinya semakin menjadi jadi. Yang dulu mampu kusimpan sendiri dengan baik, yang dulu cukup memikirkannya sejenak kemudian menepisnya dengan mudah. Saat ini berbeda, sejak ia hadir setiap hari, dengan cerita yang berbeda, dengan senyum yang berbeda, dengan mimpi yang setiap saat semakin indah dan membuatku enggan bangun. Membuatku ingin lebih banyak tidur dan menikmati mimpiku. Itupun membuat rinduku menggila, setiap hari, setiap saat, bahkan setiap hembus nafas, namanya ada. Nama yang kuhafal diluar kepalaku. Yang mendengarnya, atau tak sengaja membacanya entah dimana membuat hatiku menderu dan jantungku berdegup. Zakaria, dia siapa?

Aku jatuh cinta, pada lelaki yang kujumpai pada mimpiku. Continue reading